Masa Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah (750-1258 M)
1.
Proses Terbentuknya Dinasti Abbasiyah
http://www.lintasjari.com/wp-content/uploads/2017/10/Sejarah-Dinasti-Bani-Abbasiyah.jpg |
Dinasti ini berasal dari nama keluarga Bani Hasyim, yakni seleluhur dengan
nabi Muhammad SAW. Yang diambil dari nama paman beliau al Abbas, yang
secara resmi diplokamirkan oleh Abd Allah Al Shaffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abd Allah ibn Abbas. Keturunan paman nabi Muhammad inilah yang disebut dengan
bani Abbas. Yang mana keturunan al Abbas ini mengklaim dirinya lebih baik menggantikan
posisi nabi ketika beliau wafat, dari pada Ali bin abi Thalib, yang mana mereka
menganggap paman nabi inilah yang lebih berhak, ketimbang keponakan nabi. Pada
awal mula pemikiran ini belum muncul ketika nabi meninggal, tetapi mengemuka
ketika cucu Ali bin abi Thalib, yang kekaligus pemimpin syiah al Khaisaniyah,
atau kelompok terbesar keturunan Ali yang melakukan perlawanan kepada
Ummawiyah. Dari Dinasti Abbasiyah ini tidak begitu terpengaruh dari peradaban
Arab, seperti halnya pada masa Dinasti Ummawiyah dikarenakan perpindahan
ibukota dari Damaskus ke Bagdad.
2.
Gerakan Perjalanan
Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dapat dibagi dalam dua periode. Periode I
adalah masa antara tahun 750-945 M, yaitu mulai pemerintahan Abu Abbas sampai
al-Mustakfi. Periode II adalah masa 945-1258 M, yaitu masa al-Mu’ti sampai
al-Mu’tasim. Pembagian periodisasi diasumsikan bahwa pada periode pertama,
perkembangan diberbagai bidang masih menunjukkan grafik vertikal, stabil dan
dinamis. Sedangkan pada periode II, kejayaan terus merosot sampai datangnya
pasukan Tartar yang berhasil mengancurkan Dinasti Abasiyyah.
Pada Pemerintahan
Abasiyyah periode I, telah mengembangkan kebijakan-kebijakan politik
diantaranya adalah:
a.
Memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Bagdad
b.
Memusnahkan keturunan Bani Umayyah
c.
Merangkul orang-orang persia, dalam rangka politik memperkuat diri,
Abasiyyah memberi peluang dan kesempatan yang besar kepada kaum Mawali
d. Menumpas
pemberontakan-pemberontakan
e.
Menghapus politik kasta
Dalam menjalankan
pemerintahan, Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu oleh wazir
(perdana menteri) yang jabatannya disebut wizaraat. Wizaraat ini dibagi menjadi
2 yaitu: pertama, wizaraat tafwid (memliki otoritas penuh dan tak terbatas),
waziraat ini memiliki kedaulatan penuh kecuali menunjuk penggantinya. Kedua,
wizaraat tanfidz (memiliki kekuasaan eksekutif saja) wizaraat ini tidak
memiliki inisiatif selain melaksanakan perintah khalifah dan mengikuti
arahannya.
Sedangkan untuk Model
pemerintahan yang diterapkan oleh Abasiyyah bisa dikatakan asimilasi dari
berbagai unsur. Ini terlihat jelas dari adanya periodesasi atau tahapan
pemerintahan Abasiyyah. Ciri-ciri yang menonjol pada masa pemerintahan
Abasiyyah yang tidak terdapat di zaman Umayyah adalah :
1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Bagdad, pemerintah Bani
Abbas menjadi jauh dari pengaruh arab, sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat
berorientasi kepada Arab. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan
Abaasiyyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan
keempat bangsa turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
2. Dalam penyelenggaraan negara, pada Bani Abbasiyyah jabatan
wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam
pemerintahan Bani Umayyah.
3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada maasa
pemerintahan Bani Abbas, sebelumnya belum ada tentara yang profesional.
3.
Kemajuan Daulah
Abbasiyah
https://img00.deviantart.net/df8b/i/2015/072/d/c/peta_kekhalifahan_abbasiyah_by_hamzahzein-d8ll2qb.png |
Kekuasaan pada periode
Bani Abbas ini menerapkan pola pemerintahan berbeda-beda sesuai dengan kondisi
politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan politik terbagi
menjadi lima periode, yakni:
1. Periode Awal atau
Pengaruh Persia Pertama (750-847)
Ada 10 khalifah yang memimpin pada
masa ini, telah dikatakan pada awal pembahasan bahwa salah satu ciri
pemerintahan Abasiyyah adalah adanya unsur non Arab yang mempengaruhi
pemerintahannya seperti Persia dan Turki. Pada awal pemerintahannya Abasiyyah
lebih cenderung seperti pemerintahan Persia dimana raja mempunyai kekuasaan
absolut yang mendapat mandat dari tuhan. Masa inilah yang mengantarkan
abasiyyah pada puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya membentang dari
laut Atlantik hingga sungai Indus, dan dari Laut kaspia ke sungai Nil.
2. Periode Lanjutan atau
Turki Pertama (847-945)
Ada 13 khalifah yang memerintah pada masa ini, masa ini ditandai dengan
kebangkitan orang Turki salah satu cirinya adalah orang Turki memegang jabatan
penting dalam pemerintahan, terbukti dengan dibangunnya kota Samarra’ oleh
al-Mu’tashim. Sepeninggal al-Mutawakkil, para jenderal Turki berhasil
mengontrol pemerintahan, sehingga khalifah hanya dijadikan sebagai “boneka”
atau simbol seperti khalifah al-Muntanshir, al-Mustain, al-Mu’tazz, al-Muhtadi.
Pada masa ini pula dinamakan pada masa disintegrasi. Disintegrasi yang pada
akhirnya menjalar kenegara yang lebih luas, sehingga banyak negara yang
memisahkan diri dari Dinasti Abbasiyah dan menjadi wilayah yang merdeka,
misalnya Afrika Utara, Spanyol, Persia.
3. Periode Buwaihiyah
atau pengaruh persia kedua (945-1055)
Ada 5 khalifah yang memerintah pada masa ini, masa ini berjalan lebih dari
150 tahun, namun secara de facto kekuasaan khalifah dilucuti dan bermunculan
dinasti-dinasti baru. Kemunculan dinasti Buwaihhiyyah ini, pada awalnya untuk
menyelamatkan khalifah yang telah jatuh sepenuhnya dibawah kekuasaan para
pengawal yang berasal dari Turki. Dominasi bani Buwaihiyyah berasal dari
diangkatnya Ahmad bin Buwaih oleh al-Muktafie sebagai jasa mereka dalam
menyingkirkan pengawal-pengawal Turki. Pengangkatan ini merupakan senjata makan
tuan, dimana Ahmad bin Buwaih yang diangkat sebagai amir umara’ dengan gelar
Muiz ad daulah menurunkan khalifah Muktafie.
Masa bani Buwaihiyyah
ini, Abasiyyah menghadapi 2 polemik besar, yaitu:
a. Adanya pemerintahan
tandingan
Berdirinya Fatimah (967-1171), dinasti Samaniah di Khurasan (847-1055),
dinasti hamidiah di Suriah (924-1003), dinasti Umayyah di Spanyol (756-1030),
dinasti Ghaznawiyah di Afganistan (962-1187).
b. Adanya perang ideologi
antara syi’ah dan sunni
Sebenarnya, Buwaihiyyah merupakan dinasti yang beraliran syi’ah, sehingga
sejak awal pemerintahannya mereka memaksakan upacara-upacara syi’ah seperti
upacara kematian Husain cucu Rasulullah harus diperingati, jika tidak mau maka
akan dihukum atau disiksa. Namun pemaksaan tersebut tidak berjalan lama karena
herus berhadapan dengan masyarakat Sunni ditambah dengan adanya manifesto
Baghdad yang secara langsung menghentikan propaganda Buwaihiyyah atas Syi’ah di
Baghdad.
4. Periode Dinasti
Saljukiyah Atau Pengaruh Turki Kedua (1054-1157 M)
Masa ini berawal ketika Seljuk mengontrol kekuasaan Abasiyyah dengan
mengalahkan Bani Buwaihiyyah dan berakhir dengan adanya serbuan Mongol.
Kekuasaan Saljuk berawal ketika penduduk Baghdad marah atas tindakan jenderal
Arselan Basasieri yang memaksa rakyat Baghdad untuk menganut syi’ah dengan cara
menahan khalifah al-Qaim dan menghapuskan nama-nama khalifah Abasiyyah diganti
dengan nama khalifah Fatimiah. Kondisi ini tidak berlangsung lama dengan
dikalahkannya Arselan Basaseri oleh Tughrul Bey yang pernah menjadi tentara
bayaran Abasiyyah. Tughrul bey berhasil mendudukkan khalifah al-Qaim pada
jabatannya sebagai penguasa yang sah dan resmi dengan gelar kehormatan Sulthan
wa Malik As Syirqi wa Maghrib dan juga mengawinkannya dengan putri khalifah
al-Qaim, adapun khalifah yang memerintah masa pengaruh Turki kedua ada 11.
Khalifah-khalifah itu hanya mempunyai wewenang dalam bidang keagamaan saja,
sedangkan bidang lainnya dibawah dominasi Turki.
5. Bebas Dari Pengaruh
Lain (1157-1258)
Masa sesudah
kekhalifahan Abasiyyah sebenarnya bebas dari pengaruh manapun namun secara
perlahan namun pasti menuju kehancuran dimana setelah berakhirnya Mas’ud bin
Muhammad yang menghabisi kekuasaan Seljuk maka kekhalifahan Abasiyyah dikacau
lagi dengan adanya kaum khuarzamsyah dari Turki yang dulunya menjaddi pembantu
Seljuk yang kemudian menamakan diri dengan Atabeg (bapak raja/amir).
Berkuasanya kaum Khuarzamsyah dibawah kepemimpinan sultan Alaudin Takash
memaksa khalifah Nashir (khalifah ke-31) untuk mencari dukugan dari luar, dari
bangsa Tartar Mongol untuk menghancurkan lawan politiknya, dan inilah
yang menjadi kesalahan terbesar Abasiyyah, karena selain menghancurkan
Khurzamsyah bangsa Tartar juga memusnahkan Baghdad dan kota Islam lainnya
sehingga sampai masa hulagu khan cucu Jengis Khan Abasiyyah sudah habis
riwayatnya.
Pada masa Bani
Abasiyyah dalam sistem pemerintahan mulai diadakan pembaharuan-pembaharuan
dalam ketentaraan diantaranya adalah dengan:
a. Membuka keanggotaan tentera bukan hanya untuk orang Arab
saja akan tetapi juga kepada orang non Arab
b. Mengemas sistem pentadbiran dan struktur
organisasi ketenteraan
c. Memberikan Gaji dan hadiah kepada tentera, misalnya:
Khalifah hadiahkan sebidang tanah untuk menghargai jasa tentera. Cara ini
dikenali sebagai "Al-Iqtha'
Dengan melakukan
beberapa pembaharuan-pembaharuan tersebut akhirnya tentara Islam pada masa Bani
Abasiyyah pun mengalami kejayaan.
Begitu juga
bagian-bagian didalam kepemerintahan membentuk biro-biro pemerintah:
1. Diwanul Kitaabah (Sekretaris Negara) yang tugasnya
menjalankan tata usaha Negara.
2. Nidhamul Idary al-Markazy yaitu sentralisasi wilayah
dengan cara wilayah jajahan dibagi dalam beberapa propinsi yang dinamakan
Imaarat, dengan gubernurnya yang bergelar Amir atau Hakim. Kepala daerah hanya
diberikan hak otonomi terbatas; yang mendapat otonomi penuh adalah “al-Qura”
atau desa dengan kepala desa yang bergelar Syaikh al-Qariyah.
3. Amirul Umara yaitu panglima besar angkatan perang Islam
untuk menggantikan posisi khalifah dalam keadaan darurat.
4. Baitul Maal, dengan tiga dewan; Diwanul Khazaanah untuk
mengurusi keuangan Negara, Diwanul al-Azra’u untuk mengurusi kekayaan Negara
dan Diwan Khazaainus Sila, untuk mengurus perlengkapan angkatan perang.
5. Organisasi kehakiman, Qiwan Qadlil Qudha (Mahkamah
Agung), dan al-Sutrah al-Qadlaiyah (jabatan kejaksaan), Qudhah al-Aqaalim
(hakim propinsi yang mengetuai Pengadilan Tinggi), serta Qudlah al-Amsaar
(hakim kota yang mengetuai Pengadilan Negeri).
6. Diwan al-Tawqi, dewan korespondensi atau kantor arsip yang
menangani semua surat-surat resmi, dokumen politik serta instruksi ketetapan
khalifah, dewan penyelidik keluhan departemen kepolisian dan pos.
7. Diwan al-nazhar fi al mazhalim, dewan penyelidik keluhan
adalah jenis pengadilan tingkat banding, atau pengadilan tinggi untuk menangani
kasus-kasus yang diputuskan secara keliru pada departemen administratif
politik.
8. Diwan al-syurthah, departemen kepolisian yang dikepalai
oleh seorang pejabat tinggi yang diangkat sebagai shahih al syurthah yang
berperan sebagai kepala polisi dan kepala keamanan istana.
9. Diwan al-barid, departemen pos, yang dikepalai oleh
seorang pejabat yang disebut shahih al-barid, tugas departemen pos tidak
terbatas pada memberikan layanan terbatas untuk surat-surat pribadi akan tetapi
juga dimanfaatkan untuk mengantar para gubernur yang baru dipilih ke provinsi
mereka masing-masing, juga untuk mengangkut tentara dan barang bawaannya.
Popularitas Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun
ar Rasyid dan putranya Al Ma’mun. Kekayaan banyak digunakannya dalam bentuk
sosial, yakni dengan berbagai macam pembangunan tempat dan sarana Umum. Pada
masanya pula terdapat 800 tabib , dan pada masa inilah kesejahteraan sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesusteraan berada pada keemasannya.
Dan pada masa inilah negara Islam, menjadi negara kuat yang tak tertandingi.
Begitu pula dengan putranya, yakni al makmun, ia sangat cinta sekali dengan
berbagai macam ilmu pngetahuan, sehingga pada masa kekhalifahannya bernagai
macam buku ia terjemahkan, dan tak segan-segan menggaji berbagai penerjemah
bahasa,pada masanya inilah yang menjadikan kota Bagdad menjadi pusat kebudayaan
dan ilmu pengetahuan.
Banyak sekali
ilmuwan-ilmuwan yang di munculkan pada masa goldeng age ini, yang mana pendidikan
pada masa daulah Muawiyah hanya berada atau berpusat di masjid-masjid, maka
pada periode ini madrasah-madrasah dari semua tingkatan dimunculkan, dengan
pelopor Nizam al Mulk, begitu juga dengan ilmu tafsir, ilmu Hadist, dan
banyak lagi ilmu-ilmu, baik itu ilmu eksak dan yang lainnya.
Sedangkan pada periode kedua masa pemerintahan Abbasiyah justru malah
menurun, wilayah-wilayah Islam satu persatu mulai terpecah dan tercerai berai,
di Andalusia, muncul Dinasti Ummawiyah kembali muncul yang mengangkat Abd al
Rahman al Nashir menjadi khalifah. Begitu juga di Afrika Utara, kelompok syiah
al Islamiyah membentuk Dinasti Fathimiyah. Akibatnya pada periode abad ke
10 M ini sistem kekhalifahan akhirnya menjadi terpecah menjadi tiga bagian,
yakni Bagdad, Afrika Utara, dan Spanyol. Di Mesir, Muhammad ikhsyid berkuasa
atas nama Bani Abbas. Di Halb dan Mousil, Bani Hamdan muncul, begitu pula di
Yaman, syiah Zaydiyah semakin kuat dengan kelompoknya. Di Bagdad, bani
Buhawiyah berkuasa secara de Facto dan menjalankan pemerintahan Bani Abbas,
sehingga khalifah hanya tinggal nama saja.
Dengan demikian, Dinasti
Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat kota peradaban
dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan sebagai
berikut :
A. Bidang Agama
Kemajuan di bidang agama antara lain dalam beberapa bidang ilmu, yaitu ulumul
qur’an, ilmu tafsir, hadist, ilmu kalam, bahasa dan fiqih
1. Fiqh
Pada masa dinasti
Abbasiyah lahir para tokoh bidah fiqh dan pendiri mazhab antara lain:
a. Imam Abu Hanifah
b. Imam Malik
c. Imam Syafi’i
d. Imam Ahmad bin Hanbal
2. Ilmu Tafsir
Perkembangan Ilmu
tafsir pada masa pemerintahan Abbasiyah mengalami kemajuan yang pesat.
Diantara para ahli
tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah adalah :
a. Ibnu Jarir
Atha-Thabari
b. Ibnu Athiyah
Al-Andalusia
c. Abu Muslim Muhammad
bin Bahar Isfahani
3. Ilmu Hadis
Diantara para ahli hadis pada
masa dinasti Abbasiyah adalah:
a. Imam Bukhari
b. Imam Muslim
c. Ibnu Majah
d. Abu Dawud
e. Imam An-Nasa’i
f. Imam Baihaqi
Kajian para ahli ilmu
kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga, negara, serta perdebatan
mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu ilmu yaitu ilmu kalam atau
teologi. Diantara tokoh ilmu kalam adalah :
a. Imam Abul Hasan Al-Asy’ari
dan imam Abu Mansur Al Maturidi, tokoh Asy’ariyah.
b. Washil bin Atta, Abul
Huzail Al-Allaf, tokoh Mu’tazilah
c. Al- Jubai
4. Ilmu Bahasa
Diantara ilmu bahasa
yang berkembang pada masa dinasti Abbasiyah adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf,
ilmu bayan, ilmu badi’i dan arudh. Bahasa Arab dijadikan sebagai alat
komunikasi antarbangsa.
B. Bidang Umum
Dalam bidang umum antara lain berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat,logika,metafisika,matematika,ilmu
alam, geometri, aljabar, aritmetika, mekanika astronomi, musik, kedokteran,
kimia, musik, sejarah dan sastra.
1. Filsafat
a. Abu Ishaq Al Kindi
b. Abu Nasr Al-farabi
c. Ibnu Sina
d. Ibnu Bajah
e. Ibnu Tufail
f. Al-Ghozali
g. Ibnu rusyd
2. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran pada
masa daulah Abbasiyah berkembang pesat. Rumah sakit besar dan sekolah kedokteran
banyakk didirikan. Diantara ahli kedokteran ternama adalah:
a. Abu Zakaria Yahya bin
mesuwaih
b. Abu Bakar Ar-Razi
c. Ibnu Sina
d. Ar-Razi
3. Matematika
a. Al-Khawarizmi
b. Abu Al-Wafa Muhammad
bin Muhammad
4. Farmasi
Diantara ahli farmasi
pada masa dinasti Abbasiyah adalah ilmu Baithar, karyanya yang terkenal adalah
Al-Mughni
5. Ilmu Astronomi
a. Abu Mansur Al-falaki
b. Jabir Al-Batani
c. Raihan Al-Biruni
6. Geografi
a. Abul Hasan Al-Mas’udi
b. Ibnu Khurdazabah
c. Ahmad el- Yakubi
d. Abu Muhammad Al- Hasan
Al Hamdani
7. Sejarah
a. Ahmad bin Al- Yakubi
b. Ibnu Ishaq
c. Abdullah bin Muslim
Al-Qurtubah
d. Ibnu Hasyim
e. Ath-Thabari
f. Al-Maqrizi
g. Al-Baladzuri
4.
Faktor-faktor yang
menjadi sebab kemunduran Dinasti Abbasiyah
a. Pertentangan internal
keluarga.
Seperti halnya al
manshur melawan Abd Allah ibn Ali pamannya sendiri. Konflik ini yang
mengakibatkan keretakan psikologis yang mendalam dan menghilangkan solidaritas
keluarga, sehingga mengakibatkan campur tangan kekuatan dari luar.
b. Kehilangan kendali dan
munculnya dinasti-dinasti kecil
Dengan buaian gemilang harta dan kekuasaan yang mana setiap orang akan lupa
atas kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan, dengan semua kekuatan dan
berbagai macam cara akan dilakukan untuk mencapai kekuasaan. Dan juga pada
perdana mentri seenaknya menggunakan kebijakan dari khalifah, merekapun berturut-turut
melakukan kekuatan dari luar. Dengan kekuatan dari luar inii pun yang
mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan dari dalam kekhalifahn itu sendiri.
c. Kemerosotan ekonomi
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran. Pendapatan Negara menurun.
Sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunya pendapatan karena makin
menyempitnya wilayah kekuasaan, banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat, di peringanya pajak, sedangkan banyak dinasti-dinasti
kecil yang memerdekakan diri dan tidak mau membayar upeti. Sedangkan
pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah
semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan
korupsi.
d. Meningkatnya
ketergantungan pada tentara bayaran.
Hal ini berhubungan
dengan perkembangan-perkembangan dalam tekhnologi militer. Pemakaian tentara
bayaran juga berarti bahwa makin banyak uang di keluarkan makin kuat tentara
yang dimiliki. Demikianlah untuk mempertahankan posisinya kholifah memerlukan
kekuatan militer yang cukup untuk menanggunlangi beberapa gubernur pembangkang
pada saat yang sama, tetapi beban keuangan ini makin lama makin sulit diatasi.
Kesimpulan
Dinasti Abbasiyah
adalah pengubah peradaban dunia Islam setelah Dinasti Ummawiyah.
Yakni selama
lima abad, dari 750-1258 M. Dinasti ini pun berasal dari nama keluarga Bani
Hasyim, yang seketurunan dengan nabi Muhammad SAW. Pada zaman Abbasiyah konsep
kekhalifahan (pemerintahan) berkembang sebagai sistem politik. Pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, ekonomi dan budaya. Selama lima abad, pemerintahan ini pun ada 37
khalifah yang menjalankan amanah menjadi pemimpin muslimin. Pemerintahan
Dinasti Abbasiyah dapat dibagi dalam dua periode. Periode I adalah masa antara
tahun 750-945 M, yaitu mulai pemerintahan Abu Abbas sampai al-Mustakfi. Periode
II adalah masa 945-1258 M, yaitu masa al-Mu’ti sampai al-Mu’tasim. Dalam
menjalankan pemerintahan, Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah pada waktu itu
dibantu oleh wazir (perdana menteri) yang jabatannya disebut wizaraat. Wizaraat
ini dibagi menjadi 2 yaitu: pertama, wizaraat tafwid (memliki otoritas penuh
dan tak terbatas), periode Bani Abbasiyah membawa peradaban keemasan Islam di
penjuru dunia. Sedangkan pada abad ke 10 M ini sistem kekhalifahan akhirnya
menjadi terpecah menjadi tiga bagian, yakni Bagdad, Afrika Utara, dan Spanyol.
Di Mesir, Muhammad ikhsyid berkuasa atas nama Bani Abbas. Di Halb dan Mousil,
Bani Hamdan muncul, begitu pula di Yaman, syiah Zaydiyah semakin kuat dengan kelompoknya.
Di Bagdad, bani Buhawiyah berkuasa secara de Facto dan menjalankan pemerintahan
Bani Abbas, sehingga khalifah hanya tinggal nama saja. Faktor-faktor yang
menjadi sebab kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah:
1. Faktor internal, dari
keluarga khalifah, untuk merebutkan kekuasaan.
2. Kehilangan kendali dan
munculnya dinasti-dinasti kecil. Dengan ketidak seimbangnya kekuasaan dalam
negeri maka tibalah pasukan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, menumbangkan
Dinasti Abbasiyah. Sehingga runtuhlah Dinasti yang telah berkibar selama lima
Abad.
Referensi
Mahmuudunnasir,Syed.
Islam: Konsepsi dan Sejarahnya.Bandung:Remaja
RosdaKarya
Thohir,Ajid.Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Komentar
Posting Komentar